02 Mei 2008

Pembangunan Hijau

Pembangunan selama ini memang telah meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan manusia yang ditandai semakin meningkatnya perkembangan teknologi dan informasi. Namun peningkatan pendapatan dan kesejahteraan itu sebahagian besar terjadi pada 20 % penduduk dunia yang tinggal di negara-negara maju. Sementara itu 80% sisanya yang tinggal dinegara berkembang yang hanya mengalami kenaikan pendapatan kecil. Bahkan di negara-negara Afrika tidak mengalami peningkatan pendapatan bahkan semakin miskin akibat banyak bencana alam yang disebabkan perubahan iklim global. Kondisi tersebut memberikan gambaran adanya jurang perbedaan pendapatan dan kesejahteraan yang besar dan terus semakin membesar. Hal ini semakin nyata terlihat dengan meningkatnya secara harga minyak bumi di pasaran internasional secara terus menerus tanpa dapat dihambat yang telah menyulitkan negara berkembang seperti Indonesia.

Satu milyar manusia menderita kemiskinan dengan pendapatan dibawah satu dollar perhari, Jumlah yang sama tidak punya aksesibilitas untuk memperoleh air bersih. Dua milyar manusia tidak memperoleh jasa energi. Mayoritas anak-anak keluarga miskin tidak dapat memperoleh pendidikan dasar. Perempuan miskin tertinggal dalam menempuh pendidikan bahkan menjadi objek perdagangan. Sarana kesehatan sangat sedikit dan sulit diakses dari lokasi tinggal kaum miskin. Dan biaya kesehatan dan pendidikan yang nyaris tidak tercapai oleh keluarga miskin.

Didalam negeri pembangunan selama ini memang telah meningkatkan kesejahteraan penduduk namun khususnya hanya berlaku bagi masyaralat menengah keatas, sementara mayoritas penduduk miskin tidak banyak mengalami peningkatan kesejahteraan. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk miskin yang tidak semakin berkurang. Sangat sulit untuk mejelaskan ketidak seimbangan ini. Namun pembangunan tetap harus dilaksanakan. Pertanyaanya sekarang adalah pembangunan yang bagaimana??

Pola pembangunan yang berlangsung selama ini dan hingga saat ini serta juga mungkin tahun-tahun mendatang telah dan akan menghancurkan sebahagian besar lingkungan hayati kehidupan. Sumber hutan perlahan-lahan terbabat habis demi menopang produksi kayu dan kertas. Tanah terkuras habis menghasilkan bahan mentah pertanian untuk eksport kenegara maju yang memasang tarif bea masuk impor yang rendah. Akan tetapi ketika negara berkembang seperti Indonesia mengekspor barang jadi hasil olahan bahan pertanian, maka ia akan berhadapan dengan dinding bea masuk impor negara maju yang tinggi. Sehingga beberapa dekade ini tidak ada negara berkembang yang naik kelas dari negara pengekspor bahan mentah pertanian menjadi pengekspor barang jadi hasil olahan pertanian. Sehingga nilai tambah pertanian jatuh terutama bagi negara maju. Sedangkan negara berkembang secara perlahan-lahan akan mengalami pengurasan sumber daya alam dan ekosistemnya.

Menyadari perkembangan pembangunan selama beberapa dekade terakhir ini, tumbuh kebutuhan untuk merobah pola pembangunan. Selama ini pola pembangunan konvensional menjalani hanya satu jalur ekonomi semata-mata. Sekarang pola ini perlu dirombak menjadi pola pembanguna yang berkelanjutan dengan menjalani tiga jalur sekaligus yakni sosial, ekonomi dan lingkungan.

Tiga alur ini tidak terpisahkan satu sama lain dan diramu menjadi satu kesatuan pembangunan. Melalui pola pembangunan berkelanjutan ini, ketimpangan pendapatan dan kesejahtaraan negara maju dengan negara berkembang dapat dikurangi sekaligus dapat pula menyelamatkan lingkungan yang saat ini telah berada diambang kehancuran yang ditandai dengan telah terjadinya perubahan iklim global dan meningkatnya permukaan air laut.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

gelar MSi nya mana?